Kamis, 22 Mei 2014

LINGUISTIK TERAPAN DAN TEORITIS



NAMA   :Sri Permata Indah
NPM      : 136210525
KELAS  : 2 B

LINGUISTIK TERAPAN



1. Pengertian Linguistik Terapan

           Kata linguistik berasal dari bahasa Latin lingua yang berarti bahasa. Menurut Pringgodigdo dan Hasan Shadili, sebagaimana dikutip oleh Mansoer Pateda, “linguistik adalah penelaahan bahasa secara ilmu pengetahuan. Linguistik menurut AS Hornby berarti ilmu bahasa atau metode mempelajari bahasa. Sedangkan kata terapan artinya memakai atau menggunakan.
            Jadi bisa di simpulkan bahwa linguistik terapan adalah pemanfaatan pengetahuan tentang alamiah bahasa yang dihasilkan oleh peneliti bahasa yang dipergunakan untuk meningkatkan keberhasilan tugas-tugas praktis yang menggunakan bahasa sebagai komponen inti.

2. Sejarah Linguistik Terapan

           Di Britania Raya, sekolah pertama linguistik diterapkan diperkirakan telah dibuka di tahun 1957 di Universitas Edinburgh dengan Ian Catford sebagai Kepala. Di Amerika Serikat,
            Sejarah Linguistik Terapan di Indonesia, hingga saat ini studi linguistik di Indonesia belum ada catatan yang lengkap, meskipun studi linguistik di Indonesia sudah berlangsung lama dan cukup semarak. Pada awalnya penelitian bahasa di Indonesia dilakukan oleh para ahli Belanda dan Eropa lainnya, dengan tujuan untuk kepentingan pemerintahan kolonial. Pendidikan formal linguistik di fakultas sastra (yang jumlahnya juga belum seberapa) dan di lembaga-lembaga pendidikan guru sampai akhir tahun lima puluhan masih terpaku pada konsep-konsep tata bahasa tradisional yang sangat bersifat normatif.
            Perubahan baru terjadi, lebih tepat disebut perkenalan dengan konsep-konsep linguistik modern. Pada tanggal 15 November 1975, atas prakarsa sejumlah linguis senior berdirilah organisasi kelinguistikan yang diberi nama Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI).Anggotanya adalah para linguis yang kebanyakan bertugas sebagai pengajar di perguruan tinggi negeri atau swasta dan di lembaga-lembaga penelitian kebahasaan.

3. Objek Kajian Linguistik Terapan

     Objek kajian linguistik terapan tidak lain adalah bahasa, yakni bahasa manusia yang berfungsi sebagai sistim komunikasi yang menggunakan ujaran sebagai medianya; bahasa keseharian manusia, bahasa yang dipakai sehari-hari oleh manusia sebagai anggota masyarakat tertentu, atau dalam bahasa Inggris disebut denganan ordinary language atau a natural language. Ini berarti bahasa lisan (spoken language) sebagai obyek primer linguistik, sedangkan bahasa tulisan (written language) sebagai obyek sekunder linguistik, karena bahasa tulisan dapat dikatakan sebagai “turunan” bahasa lisan.
            Ferdinand De Saussure (1857-1913) seorang ahli linguistik kebangsaan Swiss yang dianggap sebagai bapak linguistik modern menegaskan bahwa objek linguistik mencakup langage,vdan parole. Langage (Inggris; Linguistic disposition) adalah bahasa pada umumnya, seperti dalam ungkapan “manusia mempunyai bahasa, sedangkan hewan tidak mempunyai bahasa”. Langue (Inggris; language) berarti bahasa tertentu seperti bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Indonesia dan lain-lain. Sedangkan parole (Inggris; speech) berarti logat, ucapan atau tuturan.
            Sebenarnya kata Language dalam bahasa Inggris meliputi baik langage maupun langue dalam bahasa Perancis. Namun demikian, parole merupakan objek kongkrit linguistik, langue merupakan objek yang sudah lebih abstrak, sedangkan langage merupakan objek yang paling abstrak.Sebenarnya ada beberapa ilmu yang berhubungan dengan linguistik terapan sebagai objek kajiannya, antara lain:
1)           Linguistik terapan atau ilmu-ilmu tentang aspek-aspek bahasa; dan dalam hal ini              
2)           bahasa digunakan dalam arti harfiyah. Inilah yang disebut pure linguistik atau linguistik murni.
2) Ilmu-ilmu tentang bahasa; dan dalam hal ini, istilah bahasa digunakan dalam arti metaforis atau kiasan. Contoh ilmu yang termasuk kategori ini adalah kinesik dan paralinguistik. Kinesik adalah ilmu tentang gerak tubuh atau kial atau language, seperti anggukan kepala, isyarat tangan dan lain-lain. Paralinguistik adalah ilmu yang memusatkan perhatiannya pada aktifitas-aktifitas tertentu yang mengiringi pengucapan bahasa, seperti desah nafas, decak, ketawa, batuk-batuk kecil, bentuk-bentuk tegun seperti ehm, anu, apa itu, apa ya dan lain sebagainya.
3)Ilmu tentang pendapat-pendapat mengenai bahasa. Contohnya metalinguistik, yakni ilmu yang membicarakan seluk beluk “bahasa” yang dipakai untuk menerangkan bahasa yang tercermin dalam istilah studi teori linguistik, studi metode linguistik dan lain-lain.
4)Ilmu-ilmu mengenai ilmu bahasa. Yang termasuk kategori ini adalah studi-studi yang mengkhususkan dirinya pada ilmu linguistik itu sendiri, sperti studi tentang sejarah perjalanan ilmu linguistik, studi linguistik pada abad ke dua puluh dan lain-lain. Cabang linguistik yang mempelajari aspek bunyi bahasa adalah fonologi. Tataran morfem atau kata dipelajari dalam morfologi. Tataran frase atau kalimat dibahas dalam sintaksis. Sedangkan aspek makna bahasa dipelajari dalam ilmu tersendiri yang disebut semantik.
            Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa cabang-cabang linguistik ditinjau dari tatarannya terdiri dari fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik.Istilah bahasa memang sering disalah fahami oleh orang. Sebagian orang menganggap bahasa mencakup semua sarana yang bisa digunakan sebagai alat komunikasi seperti tulisan, isyarat, gerakan tangan dan bibir yang digunakan oleh kelompok orang tuli dan bisu dan lain-lain. Oleh karena itu perlu ada definisi yang jelas mengenai bahasa yang menjadi objek kajian linguistik. Dalam ilmu linguistik bahasa juga diartikan sebagai alat komunikasi yang dengannya pesan dapat tersampaikan. Namun demikian, ada perbedaan antara bahasa dengan alat komunikasi yang lain berkaitan dengan medianya. Sebagai contoh, dalam tulisan, medianya adalah simbol-simbol tertulis, dalam isyarat medianya adalah gerakan tubuh. Sedangkan dalam bahasa, media yang digunakan untuk berkomunikasi adalah bunyi-bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat organ manusia.
      Dalam perspektif ilmu linguistik, sistim atau alat komunikasi lain yang tidak menggunakan bunyi ujaran sebagai medianya tidak termasuk bidang kajian linguistik. Dari sini jelaslah bahwa objek kajian linguistik adalah sistim bunyi yang terartikulasi dan digunakan oleh manusia dalam komunikasi antar mereka.Linguistik terapan menggunakan metode ilmiah seperti metode induktif dan deduktif dalam meneliti bahasa. Metode induktif digunakan dalam menyusun generalisasi dari hasil penelitian yang diambil dari observasi-observasi yang mendalam. Sedangkan metode deduktif digunakan pada saat seorang linguis ingin menguji validitas atas teori atau hukum yang telah mapan sebelum ia melakukan penelitian.
            Ciri ilmu yang terakhir adalah bahwa ilmu itu tidak bersifat statis tetapi dinamis. Kedinamisan linguistik ditandai dengan keterbukaannya terhadap perubahan terutama jika ada data tambahan atau penemuan baru yang menolak teori-teori sebelumnya. Linguistik adalah ilmu yang selalu tumbuh dan berkembang serta senantiasa memperhatikan temuan-temuan baru. Ini berarti mereka yang menyebut dirinya seorang linguis harus bersikap terbuka dan senantiasa menerima kebenaran-kebenaran baru dari hasil penelitian kebahasaan yang ada. Ketika seorang linguis meneliti bahasa dan membuat kesimpulan atas penelitiannya, ia tidak boleh menganggap kesimpulannya sebagai kebenaran final. Apa yang benar pada saat tertentu belum tentu dianggap benar pada saat yang lain akibat adanya bukti atau data yang baru yang menggugurkannya.Dengan demikian pencarian kebenaran ilmiah merupakan suatu proses yang tidak akan pernah berhenti, dan inilah kekuatan sebuah ilmu yang akan selalu mengikuti perkembangan zaman dan kemajuan.

4.Hubungan Linguistik Terapan dengan Pembelajaran Bahasa

           Mengenai kaitan linguistik terapan dan pengajaran bahasa, Soenardji menjelaskan sebagai berikut: Analisis ilmiah atas berbagai gejala yang terumuskan menjadi kaidah fonologik, morfologik dan sintaktis diproses menjadi bahan ajar dalam pengajaran bahasa. Hasil pembahasan akademik dan hasil penelitian yang punya bobot teoritik kebahasaan ditransfer menjadi dalil-dalil pemandu pemakaian bahasa yang baik dan benar melalui kegiatan pendidikan bahasa. Kalau kita umpamakan linguistik dan pengajaran sebagai dua kutub, maka antara dua kutub itu perlu adanya penyambung yang dapat melayani keduanya dengan sebaik-baiknya.
            Selanjutnya Ramelan menyatakan, jika para linguis struktural percaya akan sumbangan linguistik terhadap pengajaran bahasa, maka linguis transformsional tidak pernah mengklaim demikian.Menurut yang terakhir, linguistik adalah suatu ilmu yang otonom, yang mencoba mempelajari bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan manusia tanpa mempertimbangkan kemungkinan teori mereka tentang bahasa dapat diterapkan pada pengajaran bahasa.




LINGUISTIK TEORITIS


1.Hakikat Linguistik Teoritis

Linguistik berkembang mengikuti kopleksitas objek atau materi yang dikaji. Lebih daripada itu, ilmu pengetahuan yang mengkaji bahasa ini juga bersifat terbuka terhadap pengaruh dan kedekatan dengan ilmu lain. Oleh karena itu, dalam perkembangan linguistik memiliki cabang ilmu yang masing-masing berkonsentrasi pada jenis pendekatan kajian dan objek yang dikaji.

A. Pengertian Linguistik Teoritis

Linguistik teoritis, yaitu bidang linguistik yang mengkaji dan mengupas bahasa untuk mendapatkan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa. Linguistik teoritis ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus. Linguistik yang bersifat umum biasanya disebut linguistik umum yang berusaha memahami ciri-ciri umum dari berbagai bahasa. Linguistik teoritis yang khusus berusaha menyelidiki ciri-ciri khusus dalam bahasa tertentu saja.
Seperti yang dibahasakan pada pembahasan diatas, teori linguistik yang dimaksudkan dalam hal ini dititikberatkan pada ciri-ciri umum suatu bahasa.

B. Bidang-bidang Linguistik Teoritis 

1. Bidang teoritis
Linguistik teoritis adalah cabang llinguistik yang memusatkan perhatian pada teori umum dan metode-metode umum dalam penyelidikan bahasa.
2. Bidang deskriptif
Linguistik deskriptif disebut juga linguistik sinkronis adalah bidang linguistik yang menyelidiki sistem bahasa pada waktu tertentu saja. Misalnya: bahasa Indonesia dewasa ini, bahasa Inggris yang dipakai oleh shakepeare, dan sebagainya tanpa memperhatikan perkembangannya dari waktu ke waktu. Cabang ini terbagi atas:
  1. Fonologi deskriptif, meneliti tentang ciri-ciri bunyi dan fungsi bunyi.
  2.  Morfologi deskriptif, menyelidiki kata, unsur dan proses pembentukannya.
  3. Sintaksis deskriptif, menyelidiki satuan dari satuan-satuan itu.
  4. Leksikologi deskriptif, menyangkut perbendaharan kata.

BUNYI PENGIRING



NAMA : Sri Permata Indah
TUGAS : FONOLOGI BAHASA INDONESIA FKIP UIR
NPM    : 136210525



BUNYI PENGIRING


Bunyi pengiring adalah bunyi yang ikut serta muncul ketika bunyi utama dihasilkan.Hal ini disebabkan oleh ikut sertanya alat-alat ucap lain ketika alat ucap pembentuk bunyi utama difungsikan.Oleh karena itu,ada yang mengistilahkan koartikulasi atau artikulasi sertaan,yaitu pengucapan dua bunyi yang berurutan secara tumpang-tindih yang kualitasnya berbeda dari deretan bunyi yang diucapkan secara normal atau sempurna.

Bunyi-bunyi sertaan atau pengiring ini dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1.Bunyi Ejektif, yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara glotis ditutup sebelum dan sewaktu bunyi utama diucapkan, sehingga ketika glotis dibuka terdengar bunyi glotal [?V].3)

2.Bunyi klik, yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara lidah belakang menepelrapat pada velum sebelum dan sewaktu bunyi utama diucapka, sehingga penempelan pada velum dilepas terdengar bunyi [Kk].

3.Bunyi Aspirasi, yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara arus udara yang ke luar lewat rongga mulut terlalu keras sehingga terdengar bunyi sertaan [h]. cntohnya, bunyi [p] pada awal kata bahasa inggris <peace> terdengar sebagai bunyi [ph], sehingga ucapannya menjadi [pheis].

4.Bunyi Retrofleksi, yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara ujung lidah ditarik ke belakang segera 
atau ketika bunyi utama diucapkan sehingga terdengar bunyi sertaan [r]. cotohnya, bunyi [k] pada kata < kertas > terdengar sebagai bunyi [kr], sehingga ucapannya menjadi [kertas]. Jadi, bunyi [k] telah diretofleksikan.

5.Bunyi Glotalisasi, yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara arus udara yang ke luar lewat rongga mulut telalu keras sehingga terdengar bunyi sertaan [h]. cotohnya, bunyi [a] pada kata , < akan > terdengar sebgai bunyi [a?], sehingga ucapanya menjadi [a?kan].

6.Bunyi Velarisasi, yaitu sertaan yang dihasilkan dengan cara mengangkat lidah ke arah langit-langit lunak (velum) segera atau ketika bunyi utama diucapkan sehingga terdengar bunyi sertaan [x]. contohnya, bunyi [m] pada kata < mahluk > terdengar sebagai bunyi [mx], sehingga ucapanya menjadi <  mxxluk >

7.Bunyi Nasalisasi, yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara memberikan kesempatan arus udara melalui rongga hidung sebelum atau sesaat bunyi utama diucapkan, sehingga terdengar bunyi sertaan [m]. Hal ini bisa terjadi pada konsonan hambatan bersuara, yaitu [b], [d], dan [g], sehingga menjadi [mb], [nd], [kg].

8.Bunyi Labialisasi, yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara kedua bibir dibulatkan dan disempitkan segera atau ketika bunyi utama diucapkan, sehingga terdengar bunyi sertaan [w] pada bunyi utama. cotohnya, bunyi [t] pada kata < tujuan > terdengar sebagai  bunyi[tw] sehingga lafalnya [twujuan]. Jadi, bunyi [t] dikatakan dilabialisasikan.

9.Bunyi palatalisasi, yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan dengan caratengah lidah dinaikkan mendekati langit-langit keras (palatum) segera atau ketika bunyi sertaan [y]. cotohnya, bunyi [p] pada kata < piara > terdengar sebagai bunyi [py] sehingga ucapanya menjadi [pyara]. Jadi, bunyi [p] telah dipalatalisasi.

bahasa-bahasa Austronesia



Bahasa-bahasa Austronesia

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.
Austronesia
Taburan geografi:
salah satu dari keluarga bahasa dunia utama; walaupun berpaut dengan keluarga lain telah dicadangkan, tiada dari ini yang diterima mainstrim umum
Subahagian:
Formosan (terdiri dari berbagai rumpun)
map
Human Language Families (wikicolors).png
Peta menunjukkan distribusi keluarga bahasa

Rumpun Bahasa Austronesia
 adalah sebuah keluarga bahasa yang tersebar meliputi gugusan kepulauan Asia Tenggara danLautan Pasifik. Beberapa anggota keluarga bahasa ini juga dituturkan di tanah besar Asia. Rumpun bahasa Austronesiatersebar luas dari Taiwan dan Hawaii di hujung utara hingga ke New Zealand di wilayah (Aotearoa) di hujung selatan dan dariMadagascar jauh di barat sampai ke Pulau Easter (Rapanui) di hujung timur.
Sepertimana bahasa-bahasa Bantu, Indo-Eropah, Afro-Asiatik dan Uralik, Rumpun bahasa Austronesia merupakan salah satu keluarga bahasa tua yang telah dikenal pasti dengan lengkap. Nama Austronesia berasal dari kata Latin auster "angin selatan" dan kata Greek nêsos "pulau". Nama ini sememangnya cocok, kerana sebahagian besar bahasa Austronesia dituturkan di pulau-pulau yang terletak dalam, atau berhampiran dengan, Hemisfera Selatan: hanya beberapa bahasa, seperti bahasa Melayu danbahasa-bahasa Cham, dituturkan di tanah besar Asia. Kebanyakan bahasa Austronesia mempunyai bilangan penutur yang kecil. Walau bagaimanapun, bahasa Austronesia utama memiliki jutaan penutur. Sesetengah bahasa Austronesia merupakan bahasa rasmi di beberapa buah negara. Otto Dempwolff, seorang sarjana Jerman, merupakan ahli bahasa pertama yang menyelidik bahasa-bahasa Austronesian dengan mendalam menggunakan comparative method.
Para ahli bahasa tidak sepakat tentang keluarga bahasa manakah yang mempunyai bahasa yang terbanyak. Walau bagaimanapun, rumpun bahasa Austronesia pastinya menduduki antara tangga teratas dengan 1,268 bahasa (menurutEthnologue), yang bersamaan dengan lebih kurang satu perlima daripada jumlah keseluruhan bahasa yang diketahui di dunia.
Rumpun bahasa Austronesia memiliki beberapa cabangan utama, dan kesemuanya kecuali satu diketemui di Taiwan. Bahasa-bahasa Formosa Taiwan dikategorikan kepada sembilan subkumpulan aras pertama ("first-order") bahasa Austronesia. Kesemua bahasa Austronesia yang dituturkan di luar Taiwan (termasuklah bahasa Yami) tergolong dalam cabang Melayu-Polinesia, yang kadangkala dikenali dengan nama bahasa Extra-Formosa.

Isi kandungan


·         2 Klasifikasi
·         3 Bahasa Jepun
·         4 Contoh
·         5 Tipologi
·         6 Jumlah penutur
·         7 Status rasmi
·         9 Bacaan selanjutnya
·         10 Pautan luar

Asal usul bangsa Austronesia[sunting | sunting sumber]

Para penutur bahasa Austronesia proto atau purba dijangka berasal dari daerah yang sekarang disebut China bahagian selatan. Mereka sekitar 4000 tahun yang lalu bermigrasi ke pulau Taiwandan dari sana lalu menyebar ke Filipina, Indonesia, kemudian ke Madagascar dekat benua Afrika dan ke seluruh lautan Pasifik.
Bahasa Ma’anyan yang merupakan sebuah bahasa Dayak dan dipertuturkan di Borneo adalah bahasa yang paling dekat dengan bahasa Malagasi yang dipertuturkan di Madagascar, berdekatan dengan persisiran pantai timur Afrika.

Klasifikasi[sunting | sunting sumber]

Secara lazimnya, rumpun bahasa Austronesia dibahagi kepada beberapa kelompok. Dua kelompok utama ialah bahasa Taiwan dan bahasa Melayu-Polinesia. Kemudian rumpun bahasa Melayu-Polinesia dibahagi pula menjadi bahasa-bahasa Melayu-Polinesia Barat, Tengah dan Timur.
Di bawah adalah salasilah pembahagian rumpun bahasa ini secara terperinci.
Austronesia
·         Taiwanik
·         bahasa Atayalik
·         bahasa Tsouik
·         bahasa Paiwanik
·         bahasa Taiwanik Barat
·         bahasa Melayu-Polinesia
·         bahasa Melayu-Polinesia Barat
·         bahasa Borneo
·         bahasa Filipina Utara
·         bahasa Filipina Tengah
·         bahasa Filipina Selatan
·         bahasa Mindanao Selatan
·         bahasa Sama-Bajau
·         bahasa Sulawesi
·         bahasa Sundik
·         bahasa Melayu-Polinesia Tengah
·         bahasa Bima-Sumba
·         bahasa Maluku Tengah
·         bahasa Maluku Tenggara
·         bahasa Timor-Flores
·         bahasa Melayu-Polinesia Timur
·         bahasa Oseania
Salah satu cabang terpenting adalah cabang Sundik yang menurunkan bahasa-bahasa Austronesia dengan jumlah penutur terbesar yaitu: bahasa Jawa, bahasa Melayu (dan bahasa Indonesia),bahasa Sunda, bahasa Madura, bahasa Aceh, bahasa Batak dan bahasa Bali.

Bahasa Jepun[sunting | sunting sumber]

Bahasa Jepun adalah sebuah kes yang menarik minat banyak pakar linguistik. Ada yang mengelompokkan bahasa ini dalam rumpun bahasa Austronesia berdasarkan beberapa kata-kata dan fonologi bahasa Jepun. Namun yang lain berpendapat bahasa Jepun termasuk rumpun bahasa Altai dan terutamanya mirip dengan cabang bahasa Mongol. Bahasa Korea kemungkinan besar termasuk rumpun bahasa yang sama pula. Bahasa Korea mirip dengan bahasa Jepun namun sejauh ini belum ada yang menghubungkannya dengan rumpun bahasa Austronesia. Namun perlu diberi catatan pula bahwa rumpun bahasa Altai masih dipertikaikan lagi.
Beberapa kata dari bahasa Jepun yang berasal dari rumpun bahasa Austronesia:
·         hi yang bererti api dan berasal dari *PAN (Proto-Austronesia): *Xapuy
·          yang bererti kayu
·         namaé yang bererti nama
·         ano yang bererti anu (itu)
·         suki yang berarti suka
(bahagian ini masih perlu ditambah)

Contoh[sunting | sunting sumber]

Di bawah terdapat beberapa contoh untuk menunjukkan kekerabatan, kata-kata bilangan dari satu sampai sepuluh dalam beberapa bahasa Austronesia. Catatan: /e/ harus dibaca sebagai pepet (misalkan dalam kata “keras”) dan /é/ sebagai taling (misalkan dalam kata “lémpar”). Jika ada kesalahan, para pembaca dipersilakan membetulkannya.
Bahasa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Proto-Austronesia
*esa/isa
*duSa
*telu
*Sepat
* lima
*enem
*pitu
*walu
*Siwa
*sa-puluq
ita
dusa
celu
sepac
lima
unem
picu
alu
siva
ta-puluq
isá
dalawá
tatló
ápat
limá
ánim
pitó
waló
siyám
sampû
Isa'
rueh
telo
epat
dime
enem
pitu
Balu'
suei
sapuluh
iráy
róa
télo
éfatra
dímy
énina
fíto
válo
sívy
fólo
sa
duwa
lhee
peuet
limöng
nam
tujôh
lapan
sikureueng
plôh
Toba Batak
sada
duwa
tolu
opat
lima
onom
pitu
uwalu
sia
sampulu
sa
dua
telu
empat
lima
enem
pitu
akutus
sia
dasa
esa
due
telu
empat
lime
enem
pitu’
balu’
siwa’
sepulu
Jawa Kuna
sa
rwa
telu
pat
lima
nem
pitu
wwalu
sanga
sapuluh
siji
loro
telu
papat
lima
nem
pitu
wolu
sanga
sepuluh
hiji
dua
tilu
opat
lima
genep
tujuh
dalapan
salapan
sapuluh
settong
dhua
tello'
émpa'
léma'
énném
pétto'
ballu'
sanga'
sapolo
satu
dua
tiga
empat
lima
enam
tujuh
lapan
sembilan
sepuluh
ciék
duo
tigo
ampék
limo
anam
tujuah
dalapan
sambilan
puluah
tahi
rua
toru
ha
rima
ono
hitu
va'u
iva
'ahuru
`ekahi
`elua
`ekolu
`eha:
`elima
`eono
`ehiku
`ewalu
`eiwa
`umi

Tipologi[sunting | sunting sumber]

Fonologi bahasa –bahasa Austronesia tergolong sederhana. Para penutur bahasa ini biasanya tidak suka dengan sukukata-sukukata tertutup dan menghindari gugusan-gugusan konsonan. Beberapa bahasa memang memiliki gugusan-gugusan konsonan namun ini merupakan pengaruh dari bahasa-bahasa lain, terutama dari bahasa Arab, bahasa Sanskrit, dan bahasa Indo-Eropahlainnya.
Kemudian beberapa bahasa turut meminjam fonem-fonem retrofleks dari bahasa Sanskrit, iaitu bahasa Jawa dan bahasa Madura. Bahkan bahasa Madura juga memiliki fonem-fonem berhembus (aspirata) yang kemungkinan juga berasal dari bahasa Sanskrit. Meskipun begitu, banyak para pakar yang menentang bahawa fonem-fonem ini dipinjam dari bahasa Sanskrit. Mereka berpendapat fonem-fonem ini telah berkembang dengan sendirinya.

Jumlah penutur[sunting | sunting sumber]

Secara keseluruhannya jumlah penutur bahasa Austronesia adalah sekitar 300 juta orang. Bahasa-bahasa pertuturan terbesar adalah bahasa Jawa, bahasa Melayu (dan bahasa Indonesia),bahasa Tagalog, bahasa Sunda, bahasa Madura, bahasa Bali, bahasa Aceh, bahasa Batak dan bahasa Malagasi.
Bahasa Austronesia terpenting ditilik dari status resminya ialah bahasa Melayu yang merupakan bahasa rasmi di lima negara: Malaysia, Singapura, Brunei, Indonesia dan Timor-Timur. Di Indonesia bahasa resmi ini disebut sebagai bahasa Indonesia. Sedangkan bahasa Filipina yang sebenarnya adalah bahasa Tagalog merupakan bahasa rasmi Filipina. Di Timor-Timur bahasa resmi lainnya adalah bahasa Tetun, juga sebuah bahasa Austronesia selain bahasa Portugis yang hanya dikenal oleh segelintir orang. Di Madagascar, bahasa Malagasi adalah bahasa rasmi. DiAotearoa(New Zealand), bahasa Maori juga memiliki status rasmi di samping bahasa Inggeris.

Kekerabatan dengan rumpun bahasa lain

Ada beberapa pakar yang menggolongkan rumpun bahasa Austronesia dengan rumpun bahasa Austro-Asia dan menamakannya rumpun bahasa besar atau superfamili Austrik. Mereka berpendapat bahwa semua bahasa di China bagian selatan sebenarnya berkerabat yaitu rumpun bahasa Austronesia, bahasa Austro-Asia, bahasa Tai-Kadai dan bahasa Hmong-Mien (juga disebut Miao-Yao). Secara skematis rumpun bahasa Austrik secara hipotetis adalah sebagai berikut:
·         Austrik
·         Austronesia
·         Tai-Kadai
·         Hmong-Mien
·         Austro-Asia
Para penutur keempat rumpun bahasa yang diduga berkerabat ini bermukim di daerah yang sekarang termasuk RRC bahagian selatan sampai lebih kurang antara tahun 2000 SM  1000 SM. Dikala itu sukubangsa Han, yang merupakan penutur bahasa Sino-Tibet dari China utara, menyerbu ke selatan dan para penutur bahasa Austrik tercerai-berai. Hal ini yang diduga sebagai alasan mengapa kaum Austronesia terpaksa berhijrah ke Taiwan dan ke kepulauan Asia Tenggara dan Kepulauan Pasifik lainnya.
Kemudian para ahli linguistik mempunyai pendapat lain iaitu keberadaan kata-kata dasar dwisilabik yang mirip di mana bahasa Austronesia menyimpan kedua sukukata sedangkan bahasa Austro-Asia menyimpan sukukata pertama dan bahasa Tai-Kadai menyimpan suku kata kedua.
Contoh: Proto-Austronesia / Proto-Mon-Kmer (Austro-Asia) / Proto Thai (Tai-Kadai)
·         * mata ‘mata’ / *măt ‘mata / *taa ‘mata’